Telur Afkir Bukan Telur Palsu

Garis hitam merupakan reaksi antara zat belerang pada putih telur dan zat besi yang ada pada kuning telur saat direbus.

BOGOR, RABU - Telur afkir atau tidak layak tetas yang beredar di pasaran dan diduga palsu ternyata masih layak dikonsumsi dan bukan telur palsu. Adanya garis hitam dan kuning yang tidak bulat yang disinyalir merupakan tanda palsu sebenarnya merupakan reaksi antara zat belerang pada putih telur dan zat besi yang ada pada kuning telur saat direbus. Kuning telur yang tidak bulat juga bukan pertanda kalau itu palsu, karena kuning itu masih terpisah dengan putih telur.

Demikian diungkapkan Pembina Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI) Peni S Hardjosworo saat konferensi pers di Auditorium Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Bogor, Rabu (12/11).

Menurut Peni, telur bergaris hitam yang beredar itu layak dikomsumsi karena belum berubah menjadi calon ayam dan kuningnya terpisah dengan putihnya. Sehingga tetap memiliki protein seperti telur pada umumnya, kata Peni.

Peni menjelaskan, telur afkir merupakan telur pembibitan yang disortir sebagai telur konsumsi karena beberapa hal yaitu tidak memiliki embrio, telur terlalu besar atau kecil, berisi dua kuning telur atau bentuknya yang tidak normal. Khusus yang tidak memiliki embrio, telur tersebut biasanya telah berada dalam mesin tetas paling selama 18 hari.

Karenanya, tidak perlu khawatir dengan isu yang berkembang soal telur palsu terkait dengan ciri-ciri yang sudah disebut. Masyarakat juga bisa mengecek dengan sangat mudah keaslian telur. Jika kerabangnya (cangkang telur) masih utuh dan kasar karena pori-pori, serta belum ada tanda-tanda kebusukan maka dipastikan telur tersebut layak konsumsi.

Yang paling penting, zat-zat yang ada di dalam telur tidak mungkin dipalsu oleh manusia karena bersifat alami, tambah Peni.

Artikel yang Berhubungan