Manfaat Buah Terlarang


Penampilan apel yang merah dan ranum mengundang imajinasi dan selera orang yang memandangnya. Apel dijuluki buah terlarang yang sensual dan memiliki daya tarik tersendiri. Lebih dari itu, buah ini punya banyak manfaat untuk kesehatan, yaitu:

1. Menurunkan kadar kolesterol
Apel dikenal mengandung fitokimia, zat antioksidan yang efektif melawan kolesterol jahat (LDL). Life Science tahun 1999 menulis, selain menurunkan kolesterol jahat, apel juga meningkatkan kolesterol baik (HDL). Kandungan pektin dan asam D-glucaric dalam apel berjasa membantu menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

2. Mencegah kanker dan menyehatkan paru-paru
National Cancer Institute di AS melaporkan, zat flavonoid dalam apel terbukti dapat menurunkan risiko kanker paru-paru sampai 50 persen. Penelitian dari Cornell University di AS juga menemukan bahwa zat fitokimia dalam kulit apel menghambat pertumbuhan kanker usus sebesar 43 persen.

3. Mencegah penyakit jantung dan stroke
British Medical Journal (1996) mencatat, apel terbukti mencegah serangan stroke. Publikasi penelitian di Finlandia (1996) menunjukkan, orang berpola makan kaya flavonoid mengalami insiden penyakit jantung lebih rendah.

4. Menurunkan berat badan
Sebagai sumber serat yang baik, apel baik untuk pencernaan dan membantu menurunkan berat badan. Apel merupakan camilan yang sangat baik untuk orang yang sedang menurunkan berat badan karena kadar seratnya tinggi sehingga mencegah rasa lapar datang lebih cepat.

5. Menjaga kesehatan gigi
Apel juga mengandung tanin, zat yang bermanfaat mencegah kerusakan gigi periodontal. Penyakit gusi itu disebabkan saling menempelnya bakteri pembentuk plak. Itu menurut Journal of American Dental Association (1998).

6. Membuat perempuan tetap cantik
Kandungan boron dalam apel terbukti membantu wanita mempertahankan kadar hormon estrogen saat menopause. Mempertahankan estrogen berarti mengurangi gangguan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon di kala menopause, misalnya semburan panas, nyeri, depresi, penyakit jantung, dan osteoporosis.

7. Melindungi tubuh dari virus flu
Konowalchuck pada 1978 mengeluarkan publikasi mengenai efek antivirus dalam minuman sari buah apel. Menurutnya, sari apel sangat baik untuk melawan serangan infeksi virus karena stamina dan kekebalan tubuh meningkat berkat konsumsi sari apel itu. @

Junk Food Sebabkan Sepertiga Serangan Jantung

ONTARIO, SELAS - Makanan yang banyak mengandung goreng-gorengan, cemilan bergaram, dan daging menyebabkan 35 persen serangan jantung di dunia. Demikian hasil penelitian sejumlah pakar di Kanada, Senin (20/10).

Studi di 52 negara memperlihatkan orang yang menyantap makanan terdiri atas daging, telur, dan junk food lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung, sementara mereka yang mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran memiliki resiko yang lebih rendah.

Penelitian tersebut mendukung temuan sebelumnya yang memperlihatkan junk food dan lemak hewani dapat mengakibatkan sakit jantung dan terutama serangan jantung.

Dr Salim Yusuf di McMaster University di Ontario, Kanada, dan rekannya menanyai lebih dari 16.000 pasien, 5.700 di antara mereka baru saja mengalami serangan jantung pertama. Mereka mengambil contoh darah dan meminta setiap pasien mengisi formulir terperinci mengenai kebiasaan makan mereka antara Februari 1999 dan Maret 2003. Mereka membagi relawan menjadi tiga kelompok.

"Faktor pertama diberi nama Oriental karena banyak berisi tahu putih, kedelai, dan saus lain," tulis mereka di dalam laporan yang disiarkan di jurnal Circulation. "Faktor kedua diberi nama Barat karena banyak berisi makanan yang digoreng, cemilan bergaram, dan daging. Faktor makanan ketiga diberi judul Hati-hati karena banyak berisi buah dan sayur-mayur," katanya.

Orang yang makan lebih banyak buah dan sayuran memiliki resiko serangan jantung 30 persen lebih rendah dibandingkan dengan orang yang memakan sedikit buah atau bahkan tidak makan buah sama sekali.

Orang yang mengonsumsi makanan Barat memiliki resiko serangan jantung lebih dari 35 persen lebih besar dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi sedikit atau tidak mengonsumsi makanan yang digoreng atau daging.

Temuan tersebut penting karena belum jelas apakah makanan atau faksi lain yang menimbulkan resiko serangan jantung. Makanan yang kaya akan kandungan mungkin berhubungan dengan gaya hidup yang lebih kaya yang meliputi sedikit atau tanpa olahraga, misalnya.

Para peneliti itu menyatakan bahwa sakit jantung tak hanya menyerang orang kaya. "Rata-rata 80 persen sakit jantung dan saluran pernapasan di dunia terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah," tulis mereka.


ONO
Sumber : Ant

Serat dan Probiotik Tingkatkan Kekebalan

HANYA orang dengan kekebalan tubuh baik yang terhindar dari serangan virus flu. Bagaimana cara mudah meningkatkan kekebalan tubuh?

Berikut ini saran Dr. Samuel Oetoro, MS, Sp.GK, ahli gizi klinis dari Klinik Nutrifit.

1. Konsumsi yoghurt

Susu fermentasi ini dikenal mengandung bakteri baik, Bifidobakterium dan Laktobasilus. Kedua jenis bakteri ini bekerja keras menjaga kesehatan usus dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh. “Saluran cerna yang baik berarti kekebalan tubuh baik. Sebab, 70 persen kekebalan tubuh manusia ditentukan dari kesehatan pencernaan,” katanya.

2. Perbanyak serat
Serat adalah jodoh bakteri baik dalam menjaga kekebalan tubuh. Jumlah yang disarankan 25-35 gram sehari atau setara 5 macam buah dan 3 macam sayur sehari. Sumber serat yang lain adalah sereal, kacang-kacangan yang tidak digoreng, roti gandum.

3. Tambahkan 2 gelas air
Banyak makan serat berarti harus menambahkan konsumsi air putih sebanyak 2 gelas. Bila Anda biasa minum 8 gelas air sehari, setelah mengasup banyak serat, konsumsi air putih Anda kini harus 10 gelas sehari.

4. Hindari kebiasaan tak sehat
Kebiasaan tak sehat merusak kekebalan tubuh, termasuk di antaranya konsumsi kafein terlalu banyak, merokok, minum alkohol, terkena polusi. Zat-zat racun dalam kebiasaan tak sehat itu akan merampok efektivitas vitamin dan mineral peningkat kekebalan tubuh yang sudah diasup.


DIY

Bahaya Laten Sepotong Sosis

SOSIS merupakan makanan asing yang sudah akrab dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena rasanya enak. Namun, di balik kenikmatan makanan yang kaya akan zat gizi ini, terkandung lemak dan kolesterol tinggi yang bisa mengganggu kesehatan. Untuk itu, hati-hati mengonsumsi sosis.

Makanan ini dibuat dari daging atau ikan yang telah dicincang kemudian dihaluskan, diberi bumbu, dimasukkan ke dalam selonsong berbentuk bulat panjang simetris, baik yang terbuat dari usus hewan maupun pembungkus buatan (casing). Sosis juga dikenal berdasarkan nama kota atau daerah yang memproduksi, seperti berliner (Berlin), braunscheiger (Braunshweig), genoa salami (Genoa), dan lain-lain.

Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang sangat digemari masyarakat Indonesia sejak tahun 1980-an. Istilah sosis berasal dari bahasa Latin, yaitu salsus, yang artinya garam. Hal ini merujuk pada artian potongan atau hancuran daging yang diawetkan dengan penggaraman.

Jenis Sosis
Kramlich (1971) membagi sosis menjadi enam kelas. Sementara itu, Forrest et al (1975) membagi sosis menjadi enam kategori berdasarkan metode pembuatan yang digunakan oleh pabrik, yaitu: sosis segar, sosis asap-tidak dimasak, sosis asap-dimasak, sosis masak, sosis fermentasi, dan daging giling masak.

Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan adalah suatu cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam natrium klorida (NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta bumbu-bumbu. Sosis segar tidak dimasak sebelumnya dan biasanya tak diasapi, sehingga sebelum dikonsumsi, sosis segar harus dimasak
Sosis masak dibuat dari daging yang telah dikuring sebelum digiling. Sosis jenis ini dimasak dan biasanya diasapi. Daya simpannya lebih lama daripada sosis segar. Contohnya, frankfurter dan hot dog.

Dilihat dari jenis dagingnya, sosis dapat terdiri dari beberapa macam, yaitu sosis sapi, sosis ayam, dan sosis babi. Akhir-akhir ini daging kambing juga telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan sosis. Di Bali, terkenal sosis yang dibungkus dengan casing usus babi. Sosis itu dinamakan urutan

Komponen Penyusun
Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat.

Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk, meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein.

Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet. Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC pada sosis.

Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat sering ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk membantu pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan agar produk tidak mudah tengik.
Untuk mensubtitusi daging, pada pembuatan sosis sering juga ditambahkan isolat protein. Selain itu, pada pembuatan sosis juga ditambahkan karbohidrat sebagai bahan pengisi sosis.

Pengawet dan Pewarna
Pada pembuatan sosis, bahan pengawet yang sering digunakan adalah nitrit. Aktivitas antibakteri nitrit telah diuji dan ternyata efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri Clostiridium botulinum, yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab keracunan makanan. Nitrit dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora Clostiridium botulinum, Clostiridium perfringens, dan Stapylococcus aureus pada daging yang diproses.

Selain sebagai pengawet, fungsi penambahan nitrit pada proses kuring daging adalah untuk memperoleh warna merah yang stabil. Nitrit akan terurai menjadi nitrit oksida, yang selanjutnya bakal bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobin.

Meskipun nitrit sebagai salah satu bahan tambahan pangan memberikan banyak keuntungan, ternyata dari berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa nitrit dapat membentuk nitrosamin yang bersifat toksik dan karsinogenik. Nitrosodimetilamin hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan bersifat karsinogen kuat yang bisa memicu penyakit tumor pada beberapa organ tikus percobaan.

Jenis bahan pengawet dan dosis maksimum yang diizinkan pada sosis berdasarkan SNI 01-0222-1995 adalah belerang dioksida (450 mg/kg), kalium nitrat (500 mg/kg), kalium nitrit (125 mg/kg), natrium nitrat (500 mg/kg), serta natrium nitrit (125 mg/kg). Jenis pewarna yang biasa digunakan pada sosis adalah eritrosin dan merah allura, masing-masing dengan kadar maksimal 300 mg/kg.

Jenis Casing
Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan. Casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk. Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet.

Casing kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar. Keuntungan dari penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Casing selulosa sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan.

Saat ini telah dikembangkan poly amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur, tahan terhadap panas, dan dapat dicetak.

Nilai Gizi
Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi. Komposisi gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses pengolahannya.
Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan.

Ketentuan mutu sosis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01–3820-1995) adalah: kadar air maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen.

Kenyataannya, banyak sosis di pasaran yang memiliki komposisi gizi jauh di bawah standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan pemakaian jumlah daging kurang atau penggunaan bahan tidak sesuai komposisi standar sosis.

Penulis : Prof. DR. Made Astawan, Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi IPB.

RAHMAT TUHAN

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya".

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras
karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.

"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.

"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.

"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta,
sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan "terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?", tanyaku.

"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup
berkata : Terima kasih, Tuhan. Dan berbuatlah kebajikan bagi sesamamu serta jauhilah kejahatan".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu. "Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak hikmat kepadamu' ".

Selamat menjalani hidup dengan penuh Rahmat Tuhan......!

SEBELUM KAMU MENGELUH

SEBELUM KAMU MENGELUH

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum Anda mengeluh tidak punya apa-apa, Pikirkan tentang seseorang yang harus meminta-minta di jalanan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istri Anda, Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidakmengerjakan tugasnya, Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal di jalanan.

Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan

Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, Pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti Anda

Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,

Kita semua menjawab kepada Tuhan
Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan, Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih diberi kehidupan

BISKUIT YANG DITUKAR DENGAN BUNYI

(Kepulauan Vanuatu, 1848 - 1872)

“Darat!” seru seorang kelasi yang sedang bertengger di mercu yang tiang itu. “Ada darat di sana!” Suaranya mengalun dari atas ke bawah, ke geladak kapal layar yang sedang melintasi Lautan Pasifik itu. Seluruh isi kapal itu segera naik dari bawah. Sudah lama mereka rindu menyaksikan daratan! Ada kelasi yang mulai naik ke tiang layar untuk dapat melihat lebih jauh ke arah haluan. Ada penumpang yang lari ke kayu rimbat di pinggir geladak. Salah seorang penumpang itu adalah seorang pemuda bernama John Geddie. Ia pun rindu sekali menyaksikan daratan yang sudah nampak di kejauhan itu. Pasti daratan itu lain sekali daripada apa saja yang pernah dilihatnya sepanjang umur. John Geddie berasal dari negara Kanada, propinsi Nova Skotia. Ia sudah mengenal lautan, tetapi lautan di sana ditumbuhi pohon cemara dan pines, dan sering tertutup salju.

Lain sekali dengan daratan yang sedang dituju oleh kapal layar itu! John Geddie telah datang ke daerah Pasifik Selatan yang panas lembab, agar ia dapat memberitakan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus kepada para penduduk Kepulauan Vanuatu. Atau lebih tepat, Ia berharap ada kesempatan memberitakan Kabar Baik kepada mereka, sebelum mereka sempat memakan dia, karena pada tahun 1848, masih ada di antara penduduk Vanuatu itu yang suka makan daging manusia.

Selama kapal berlayar mendekati pelabuhan, John Geddie menunggu dengan perasaan kurang sabar. Pulau itu nampaknya seperti zamrud hijau ditengah-tengah lauatan nan biru. Pohon-pohon palem menjulang tinggi di pantai pasir putih.

Ternyata pulau yang pertama-tama dilihat John Geddie itu bernama pulau Aneityum. Penduduk pulau itu sudah biasa didatangi orang asing. Mereka suka berdagang dengan para pendatang yang naik kapal dari jauh. Jadi, John tidak usah khawatir akan dibunuh dan dimakan selama ia menetap dipulau Anityum itu.

Dengan mudah John Geddie menyewa sebuah rumah. Para tetangganya yang baru itu rupanya cukup ramah. Namun mereka kurang berminat akan ajarannya tentang Tuhan Yang Maha Esa.

“Kami punya ilah-ilah sendiri,” demikian kata orang-orang Vanuatu itu.

“Buat apa kamu mau mendengar tentang ilah lain yang diceritakan orang asing yang warna kulitnya sudah luntur itu?”

Tidak lama kemudian, kapal laut yang telah membawa John Geddie ke pulau Aneityum itu berangkat lagi. Ia berdiri di pantai sambil melambaikan tangannya selama layar itu kelihatan semakin kecil di kejauhan.

Di pantai itu, di kelilingnya berdiri bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak. Mereka semua asyik bercakap-cakap. Namun tidak ada satu kata pun yang dapat dipahami oleh John Geddie.

“Sudah jelas, aku harus belajar bahasa mereka,” kata John dalam hatinya.

Maka pada saat kapal layar itu makin menghilang di lautan lepas, ia mulai mendengarkan baik-baik lagu kalimat yang sedang diucapkan disekitarnya.

Penduduk pulau Aneityum yang suka berdagang itu cukup pandai berbicara bahasa Inggris. Mereka biasa bisa menggali akar ararut (ubi garut), lalu menawarkannya kepada para pendatang. Biasanya daripada menerima uang, mereka lebih suka tukar-menukar saja, sehingga dengan demikian mereka mendapat barang-barang yang mereka inginkan.

Tetapi masalahnya, bahasa Inggris yang cocok untuk perdagangan tukar menukar itu, bukanlah bahasa Inggris yang cocok untuk memberitakan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus. Apa lagi, John Geddie tidak berminat mengajarkan bahasa Inggris kepada penduduk pulau itu.

“Buat apa aku mengajar mereka membaca Alkitab dalam bahasa Inggris?”

tanya John pada dirinya sendiri. “Sebaiknya, aku mau belajar bahasa Aneityum, bahasa mereka. Bila aku menceritakan isi Alkitab, aku ingin supaya mereka semua dapat mengerti, dari nenek yang paling tua samapi anak yang paling kecil. Aku ingin menjadi begitu pandai berbicara dalam bahasa mereka, sampai-sampai mereka akan merasakan bahwa aku adalah salah seorang dari antara mereka.”

Tidak lama kemudian, John Geddie memang dapat mengucapkan banyak kata dalam bahasa Aneityum. Namun ia belum puas. Ia sering meminta orang-orang Vanuatu mengulangi sampai berkali-kali satu kata yang sama.

Ia pun minta supaya satu kata itu mereka ucapkan dengan sangat pelan-pelan, agar ia dapat membeo bunyi yang sedang didengarnya itu.

Tetapi penduduk pulau itu kurang senang jika terus-menerus mengulangi kata-kata yang sama. Malu rasanya, jika harus bertalu-talu mengluarkan bunyi yang sama, hanya agar seorang asing dapat memperhatikan mulut mereka. Lambat laun mereka tidak segan-segan menyatakan rasa bosan atau rasa tersinggung mereka; satu persatu mereka meninggalkan di seorang diri.

“Wah, bagaimana aku dapat menguasai bunyi bahasa ini?” tanya John Geddie pada dirinya sendiri. “Apa lagi, jika aku tidak dapat menguasai bunyinya, bagaimana aku dapat menyusun tanda-tanda tulisan untuk bahasa ini yang belum pernah ditulis?”

Pada suatu hari John sedang mengunyah sepotong biskuit kapal. Biskuit kapal itu lain daripada biskuit kaleng–keras sekali, dan rasanya asin.

Justru karena kerasnya, biskuit semacam itu dapat bertahan lama. Pada masa lampau, selama pelayaran yang memakan waktu panjang, biskuit kapal biasa dibawa serta sebagai bekal.

Mula-mula John Geddie tidak suka memakan biskuit kapal. Tetapi lambat laun ia mulai menyukai rasanya, sehingga pada waktu kapal hendak melanjutkan perjalanannya, ia minta supaya ditinggalkan satu peti biskuit itu baginya. Sewaktu-waktu ia mengunyah sepotong biskuit yang keras dan asin rasanya itu.

Pada waktu John sedang makan-makan, kebetulan lewatlah seorang Vanuatu. Ia salah seorang penduduk setempat yang telah meninggalkan John tanpa pamit, karena ia bosan atau tersinggung jika diminta berulang-ulang mengucapkan kata yang sama. Namun John ingin tetap bersikap ramah terhadap tetangganya itu, maka ia menawarkan sepotong biskuit kapal kepadanya.

“Silakan coba!” katanya dalam bahasa Inggris.

Dengan agak was-was orang itu mulai mencicipi. Ia mengunyah biskuit yang keras itu. Ia menjilat dengan lidahnya. Lalu ia mengunyah lagi. Sudah jelas, ia menyukai biskuit yang asin rasanya itu.

Setelah selesai, ia mengulurkan tangannya. Tetapi John Geddie baru mendapat akal. Ia tidak segera memberikan lagi kepada tetangganya itu.

“Ayo, tukar!” kata John. Dan memang mereka mulai tukar-menukar. Yang diterima John sebagai pengganti biskuit itu, bukannya barang melainkan bunyi-bunyi yang diucapkan berulang-ulang.

Dengan cepat berita itu mulai tersiar, “Orang asing yang aneh itu rela memberikan makanan yang enak, asal saja ada penduduk yang rela membuang waktu dengan berkali-kali mengucapkan kata-kata dalam bahasanya sendiri!”

Maka selanjutnya John tidak pernah kekurangan penolong dalam usahanya belajar bahasa setempat.

Sepotong demi sepotong ia menawarkan biskuit kapal itu kepada penduduk setempat. Satu demi satu ia menguasai bunyi yang biasa dilafalkan dalam bahasa mereka, sampai dapat membeo setiap kata dengan tepat dan jelas.

Sementara itu, John Geddie juga sudah menyusun semacam abjad bahasa Aneityum. Ia mulai mencatat kata-kata dalam bentuk tulisan. Tidak lama kemudian, kepada para tetangganya ia dapat bercerita tentang Tuhan Yang Maha Esa. Ia juga dapat bercerita tentang Yesus Kristus, yang sangat mengasihi semua orang.

Cerita-cerita yang disampaikan John Geddie itu berasal dari Kitab Injil Markus. Setiap kali bercerita, ia pun mencatat kata-kata dari ceritanya itu. Lambat laun ia dapat menyusun seluruh Injil Markus dalam bahasa Aneityum.

Penduduk pulau itu sudah mulai mengenal John Geddie; ia pun sudah semakin mengenal mereka. Mereka mulai saling mempercayai dan saling mengasihi. Oleh para tetangganya John sering dibawa serta pada waktu mereka pergi menjala ikan atau memelihara tanaman ubi ararut. Mereka memperlihatkan kepadanya bagaimana mereka menggali akar ararut, serta menyiapkan hasil tumbuhan itu untuk dijual.

Mereka juga mengajar John tentang adat mereka, tentang dongeng mereka, tentang cara mereka beribadah. Dengan panjang sabar John pun mengajar mereka tentang Tuhan Yesus Kristus. Lambat laun ada banyak di antara mereka yang menjadi orang Kristen.

Di samping mengajar, John Geddie juga masih terus menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa setempat. Setelah Kitab Injil Markus selesai, naskahnya dikirim ke Australia untuk dicetak. Ketika buku-buku kecil yang berisi Injil Markus itu sudah kembali lagi, sebagian penduduk Vanuatu merasa sangat senang: Mereka dapat membaca firman Allah dalam bahasa mereka sendiri! Tetapi sebagian lagi merasa sangat sedih, karena mereka itu masih buta huruf.

Maka John Geddie mulai mengajar orang-orang yang buta huruf itu, agar mereka dapat membaca bahasa mereka sendiri. Sementara itu, ia pun terus mengalihkan Firman Allah ke dalam bahasa mereka. Ketika Kitab Injil Matius selesai, John berhasil membeli sebuah alat cetak kecil. Selanjutnya hasil karyanya itu dapat langsung dicetak di Vanuatu.

Akhirnya seluruh Kitab Perjanjian Baru selesai diterjemahkan ke dalam bahasa Aneityum. Dengan gembira John Geddie berkata kepada kawan-kawannya, “Sekarang kita harus mencetaknya.”

Tetapi Kitab Perjanjian Baru itu terlalu tebal; tak mungkin dikerjakan dengan alat cetak kecil yang sudah ada. Maka John Geddie mengumpulkan para pemimpin masyarakat setempat.

“Sekarang sudah ada Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa kalian sendiri,” ia mengumumkan.

“Benar!” jawab pemimpin mereka yang tertua. “Sungguh bagus dan ajaib, bahwa hal itu sudah terwujud.”

“Selanjutnya,” kata John, “banyak salinan yang harus dibuat oleh mesin.”

Para pemimpin masyarakat akan menunggu perkataannya lebih lanjut.

“Hal itu menuntut uang.”

Tidak ada seorang pun yang berbicara.

“Aku tidak punya uang,” kata John dengan sedih.

“Kami juga tidak punya uang,” kata para pemimpin.

Hening sejenak. Lalu John Geddie berbicara lagi: “Namun kalian sudah biasa menawarkan akar arurat kepada para pedagang kapal. Apakah kalian rela menyisihkan sepersepuluh dari hasil tukar-menukar itu? Apakah kalian rela menguangkan yang sepersepuluh itu, agar dapat dipakai untuk mengongkosi pencetakan Alkitab?”

Para pemimpin itu pulang dan berunding dengan rakyat. Lalu mereka melaporkan bahwa rakyat Vanuatu memang rela menyisihkan sepersepuluh dari hasil perdagangan mereka.

Setelah sepersepuluh itu diuangkan, hasilnya dua ribu dolar. John Geddie mengirimkan uang itu beserta naskah Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aneityum, agar dapat dicetak ditempat yang jauh.

Berbulan-bulan lamanya John dan kawan-kawannya menunggu. Lalu pada suatu hari, ada sebuah kapal yang sedang membongkar muatannya di pulau Aneityum. Di antara muatannya itu ada beberapa bungkusan besar yang dialamatkan kepada John Geddie.

Setiap keluarga di pulau itu menerima sebuah Kitab Perjanjian Baru. Namun di antara mereka masih ada yang belum pandai membaca.

“Mari kita mengadakan sayembara!” usul John. Beberapa hadiah di tawarkan kepada orang-orang yang berhasil membacakan Perjanjian Baru secara tepat dan jelas. Dengan rajin mereka bersaing untuk menjadi pandai membaca Firman Allah. Ternyata setiap hari ada sebanyak dua ribu orang Vanuatu asyik membacakan Alkitab. Dan sisa penduduk pulau itu asyik mendengarkan pembacaan mereka.

Sementara itu, John Geddie masih tetap meneruskan tugasnya sebagai guru dan penerjemah. Menjelang tahun 1872, hampir seluruh Kitab Perjanjian Lama sudah dialihkan ke dalam bahasa Aneityum.

Dua puluh empat tahun sudah lewat sejak kelasi itu menyerukan “Darat!” dari mercu tiang layar yang sedang membawa John Geddie dari jauh. Dan pada tahun yang kedua puluh empat itu juga, John Geddie pun tutup usia.

Para penduduk Vanuatu berkabung. “Ia telah meninggalkan kita,” kata mereka. “Ia telah berpulang ke surga.” Lalu mereka memasang sebuah plaket pada dinding gedung gereja terbesar di pulau Aneityem. Di atas plaket itu terukir kata-kata ini:

“Ketika ia mendarat pada tahun 1848, Di sini tidak ada orang Kristen. Ketika ia berpulang pada tahun 1872, Di sini tidak ada orang kafir.”

~ Elia Stories

KISAH ARLOJI YANG HILANG

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.
Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

“Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?”, tanya si tukang kayu.

“Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada”, jawab anak itu.

Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam ‘kesibukan dan kegaduhan’. Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap permasalahan. “Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.” (Pengkhotbah 4:6). “

~ Tarsis Sigho IV Taipei

TIDAK MENGENAL KATA TERLAMBAT


Lima belas tahun yang lalu, Morjorie Newlin yang ketika itu berusia 72 sedang berbelanja di supermarket. Karena ada obral, dia membeli sekitar 25 kilo makanan kucing untuk peliharaannya. Sebagai janda yang berusaha untuk hidup mandiri, dia merasa kesal karena kepayahan mengangkat belanjaannya dan dia memutuskan untuk ikut bergabung di klub fitness di dekat rumahnya di Mt Airy, Philadelphia USA.

Richard Brown, pelatih di tempat fitness Rivers Gym sempat geli melihat nenek yang sudah punya 4 cucu dan 2 cicit ini mulai mengikuti latihan. Namun nenek tua ini rajin berlatih hari demi hari, minggu demi minggu sampai setahun kemudian berhasil mengangkat beban sekitar 50 kilo dan tubuhnya memiliki bentuk seperti layaknya orang yang berlatih bodybuilding.

ulai berprestasi di usia yang sudah lanjut.

Karena dapat dorongan dari si pelatih fitness, akhirnya nenek Morjorie bersedia ikut lomba bodybuilding Amateur Athletic Union yang terbuka untuk umum. Sebagai seorang Katholik sebetulnya dia merasa risih karena harus memakai bikini selayaknya atlit binaragawan ketika sedang berlomba. Namun singkat cerita dia ikut di lomba itu dan berhasil menjadi juara untuk kategori diatas 45 tahun. Penonton histeris ketika diumumkan bahwa pemenangnya sudah berusia 74 tahun.

Itulah awalnya sampai Morjorie kemudian mengikuti banyak perlombaan yang membawanya sampai ke Itali, Jerman, dan Perancis. Sampai tahun lalu dia telah mengoleksi 40 piala dan banyak piagam-piagam penghargaan yang mengisi satu kamar penuh di rumahnya. Prestasi yang memberi inspirasi ini bahkan telah membawa dia muncul di acara TV Oprah Winfrey Show, Today's Show dan juga membawa Morjorie menjadi pembicara moitivasi di seminar-seminar.

Morjorie yang seorang pensiunan perawat ini telah menunjukkan bahwa ketekunan menghasilkan prestasi. Lebih dari itu dia telah memberi contoh bahwa umur bukanlah penghalang untuk berprestasi.

Tidak menyerah sekalipun mengidap penyakit yang berat.


Tahun lalu nenek Morjorie tidak lagi ikut pertandingan namun tetap berlatih 3 kali seminggu sampai pertengahan tahun lalu ketika dia merayakan ulang tahunnya yang ke-87 di Bally Total Fitness, Cedarbrook. Morjorie yang sebetulnya mengidap penyakit Leukumia ini, berhenti berlatih di bulan Oktober lalu ketika penyakitnya sudah semakin parah.

Saya tertarik tentang kisah hidup nenek Morjorie dan ingin menuliskannya dalam sebuah artikel. Hari ini ketika saya ingin mengupdate tentang Nenek Morjorie, saya terkejut mengetahui bahwa akhir minggu yang lalu, nenek Morjorie telah wafat. Memang Nenek Morjorie telah tiada, namun wanita sederhana ini telah memberi inspirasi kepada banyak orang dengan apa yang diperbuatnya di usianya yang lanjut.

Mendengar tentang Nenek Morjorie mengingatkan kita tentang Kaleb (Yos 14:10). Di usianya yang ke-80, dia meng-klaim janji Tuhan melalui Musa mengenai tanah perjanjian yang menjadi bagiannya. Dan bersama kaumnya dia menaklukkan raksasa-raksasa yang berkuasa di Hebron dan menjadikan Hebron tanah warisannya.

Tidak menyerah sebelum mencapai garis akhir.


Banyak dianatara kita mungkin putus asa dengan kegagalan yang kita alami setelah berkarir selama 20 tahun atau 30 tahun mungkin. Tapi kesaksian Yosua dan nenek Morjorie di atas memberi inspirasi bahwa sebelum kita menghadap Tuhan Yesus, masih ada kesempatan bagi kita untuk melakukan seusatu yang berarti dengan hidup kita.

Seperti kata Rasul Paulus, .. aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (Fil 3:13b)

lalu mengarahkan diri untuk mengejar suatu prestasi dalam hidup ini, ... dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Fil 4:14)


Tidak pernah menyerah. Terus berprestasi. Berlari sampai garis Finish.

All blessings,
Binsar

Kisah Sukses : Naomi Susan (Owner Ovis Group)


Muda, ramah, dan energik. Itulah sekilas gambaran ketika pertama ketemu dengan Naomi Susan, pemegang saham Ovis Group dan direktur di tujuh perusahaan di Indonesia.

Posisi puncak yang diembannya tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses. Perempuan kelahiran Januari 1975 itu mengawali karier dari nol setelah menyelesaikan kuliah di jurusan PR & Business Communication.

Sebenarnya, pengalaman berbisnis sudah dia lakukan sejak SMA. Saat itu, Naomi membantu tante untuk jual beli tanah di daerah Jonggol. Tadinya dia hanya membantu di administrasi, namun kemudian Naomi juga turun ke lapangan.

Kendala yang dialaminya waktu itu adalah umurnya yang masih 20 tahun dan memiliki tubuh yang kecil. Akibatnya, untuk penyelesaian transaksi harus tetap di back up oleh figur tantenya. Padahal, katanya, kalau mau jujur walau masih kecil, Naomi sudah bisa menghasilkan klien.

Kemudian dia bekerja di perusahaan periklanan sebagai account executive. Saat itu muncul keinginan untuk memiliki usaha sendiri. Akhirnya dia terjun ke lantai bursa, memainkan uang sendiri di bursa komoditas.

Keberuntungan belum berpihak pada Naomi. Dia kalah yang mengakibatkan uang yang selama ini dikumpulkan terus tergerus. Lalu dia memutuskan untuk menambah wawasan dengan melanjutkan pendidikan ke Australia.

Selagi menunggu surat-surat selesai, dia sempat membaca lowongan pekerjaan di salah satu surat kabar, lalu dia mencoba melamar. Lamarannya sempat ditolak oleh pimpinan perusahaan yang memiliki produk Ovis Dining Club. Namun, satu bulan kemudian, dia dipanggil lagi untuk posisi public relations.

Dua bulan bekerja, pimpinan perusahaan itu melihat kemampuan Naomi untuk menjadi seorang marketing yang andal, sehingga pada saat perusahaan itu terpilih oleh Singapura untuk memegang master franchise dari Card Connection International, pimpinan perusahaan tersebut menawarkan kesempatan pada Naomi untuk menjadi pemegang saham.

Naomi tidak langsung menerima tawaran itu, karena dia masih trauma dengan kejadian di lantai bursa yang menguras tabungannya. Tetapi dengan bijaksana pimpinan itu meyakinkan bahwa dia melaksanakannya.

Bahkan dia diberi fleksibilitas dalam menghadapi kerugian yang akan terjadi. Akhirnya dia menerima tawaran itu, sehingga jadilah Naomi sebagai seorang pemegang saham dan menjabat sebagai direktur.

Sempat merugi

Pada 1997 terjadilah krisis moneter yang mengakibatkan bisnis itu merugi. Perusahaan kemudian menerapkan strategi baru, yaitu produk yang tadinya hanya jaringan diskon di seluruh Indonesia dan dunia, dilengkapi dengan priviledge & promotion services sebagai nilai tambah, sehingga pendekatan kepada klien lebih rasional.

Pada saat krisis moneter, semua orang mau berhemat dengan fasilitas diskon, apalagi kalau mendapat fasilitas gratis, misalnya makan, berenang, nonton. Dengan strategi itu, pada 1999 bisnisnya kembali berjaya.

Sukses Card Connection menghantarkan Naomi ke jajaran pebisnis tangguh di Indonesia sehingga mendapat berbagai penghargaan. Bersamaan itu juga, lahirlah perusahaan baru dari perusahaan Ovis Group yang berjalan sejajar dengan bisnis pribadinya seperti jual beli properti, restoran, sampai pesawat carter.

Untuk menjalankan pekerjaan itu, Naomi tidak berhenti melakukan motivasi diri sendiri. "Saya memiliki mimpi, dan mimpi itulah yang selalu menjadi motivasi bagi saya," kata Naomi.

Dia mengakui, faktor yang paling berperan dalam menjalankan kariernya adalah karakter dan sikap yang kuat, pantang menyerah, menjunjung tinggi suatu komitmen, tidak suka berjanji, mudah bergaul, selalu mau belajar, melakukan segala sesuatu dengan tulus, loyal terhadap sesuatu, dan menghargai semua orang.

Untuk mengembangkan diri, dia banyak membaca berbagai macam buku, sering bertemu dengan seniornya untuk menambah informasi terutama yang bersangkutan dengan bisnis baru yang dibangun dan menonton VCD motivasi.

Untuk mengoreksi dirinya, dia selalu merekam setiap kali dia menjadi pembicara di seminar untuk mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki. "Dari kesemuanya, dulu dan sekarang, yang saya sukai dari pekerjaan saya adalah belajar..belajar....dan belajar," kata Naomi yang senang jalan-jalan itu.

Waktu senggang alumnus University of Portland Oregon USA itu diisi dengan acara berkumpul dengan keluarga seperti bermain dengan keponakan. Waktunya sangat padat, sehingga jika ada sedikit waktu luangnya dibagikan kepada keluarganya.

iat suksesnya adalah berbisnis dengan cinta, make everybody happy, lakukan semuanya dengan tulus, baik dan benar, sedangkan secara profesional dia mempersiapkan segala strategi untuk mencapai tujuan.

"Dalam menjalani hidup saya selalu penuh dengan motivasi, penuh dengan inspirasi, penuh dengan semangat, berpikiran positif. Saya menjalani hidup seperti air mengalir yang akan membawa saya ke mana saja," kata Naomi lagi.

reni.efita@bisnis.co.id

Saat Bertemu

Saat Bertemu

Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, Haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu, Ingat untuk bersyukur padanya.
Karena ialah yang mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih .
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.

Saat bertemu orang yang pernah kau benci, Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, Berkatilah dia.
Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia ?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati

(Sumber : Jesus inspires)

Kisah Orang Sukses


Membangun Bisnis Boneka Bermodal 100 Ribu


Hobi mengkoleksi boneka ternyata bisa mendatangkan untung melimpah, itulah yang kini dirasakan oleh Ajeng Raviando, pemilik toko boneka Alang-alang Gift Shop. Kegemarannya sejak kecil mengkoleksi boneka kemudian menginspirasi wanita kelahiran 15 Mei, 34 tahun silam ini untuk berjualan dan memproduksi sendiri boneka kreasinya.

Sebelum Alang-alang berdiri di tahun 1997, ia tak pernah menyangka akan bergelut di bisnis boneka. Suatu hari, saat penat dengan aktifitas dan tugas kampus, ia bertemu sepasang suami istri asal Korea yang mendirikan stand boneka di sebuah pameran.

"Mungkin Byong Mun Gil dan Sonu Gil melihat saya tertarik, mereka menawarkan untuk iseng-iseng berjualan. Dia juga memberikan alamat pabrik miliknya di daerah Ciawi," kenang Ajeng. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung memborong satu karung boneka yang harganya sangat murah. Dengan uang tak lebih dari 100 ribu, ia mendapatkan 100 boneka.

Awalnya, ia mencoba menjajakan boneka secara words of mouth, alias dari mulut ke mulut, melalui teman-teman satu kampus di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tak dinyana, boneka yang ia tawarkan mendapat respon positif dan cepat habis terjual. Bahkan sampai ke fakultas lain. Maklumlah, boneka-boneka tersebut merupakan sisa ekspor dengan brand ternama yang di toko pasti mahal harganya.

Sejak saat itu, ia pun mulai mengikuti berbagai pameran atau malam pencarian dana yang diselenggarakan fakultas dan kampusnya. "Mulai banyak langganan yang minta beragam boneka. Dulu waktu di kampus saya juga dikenal sebagai Ajeng boneka," katanya tertawa. Sejak saat itu pula, orderan meroket tajam dan sempat membuatnya kewalahan.

Akhirnya dengan modal pas-pasan, Ajeng mencoba mendirikan sebuah toko sederhana untuk menampung semua bonekanya. Awalnya, toko ini menjual boneka-boneka sisa ekspor dengan harga miring. Tapi karena pemasoknya bangkrut dan pabrik lainnya pindah ke Vietnam, akhirnya ia berusaha membuat boneka hasil kreasi sendiri.

"Dulu tinggal enak menerima stok boneka, tapi kemudian saya mulai kesulitan mendapat barang. Padahal konsumen mulai banyak, tapi barangnya malah tidak ada," kata wanita yang aktif menulis di sebuah majalah wanita ini.

Kini Alang-alang bukan saja sebagai distributor, tapi juga produsen boneka karena ia menjalin menjalin kerja sama dengan pabrik skala kecil dengan pembagian50-50. “Saya yang mengurus desain dan pemasarannya, sedang teman saya mengelola produksi,” terang Ajeng.

Sempat Dibajak

Bila Anda pernah membeli atau melihat boneka berbentuk pisang, itu adalah salah satu hasil rancangan Ajeng. Sayangnya, boneka tersebut sempat dibajak orang. Tapi itu tak membuatnya berhenti berkreasi, meski kesal, Ajeng menganggap semua itu tantangan yang harus dihadapinya.

Agar tidak terjadi lagi, ia pun mengubah siasat dengan memproduksi tak lebih dari 500 boneka saja. "Karena kalau kelihatan laku, pasti akan langsung ditiru," gerutu ibu dari Audrey Rania Raviando dan Aurelle Genewa Raviando.

Dalam menggaet pelanggan, ia punya strategi jitu yang unik. Pelanggan yang membeli dalam jumlah besar dan membayar di muka, dapat menukarkan kembali boneka yang dibeli sesuai dengan uang yang telah dikeluarkan. Batas waktu penukarannya pun dibatasi, yaitu dua minggu hingga satu bulan dari tanggal pembelian. "Dengan begitu barang yang ditukar masih tampak bersih dan bagus, sehingga bisa di jual kembali," terangnya.

Dalam membuat boneka, Ajeng mengaku tak mau sembarangan. Ia memiliki standar khusus dari sisi kualitas dan bahannya langsung dibeli di Korea. Walau impor, ia menjamin tidak memasang harga mahal dan pasti lebih murah dari toko serupa di mal-mal ternama.

Nyaris Gulung Tikar

Kini toko yang berlokasi di Jl. Tebet Barat No. 64, Jakarta, terbilang sukses dan memiliki pelanggan yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta hingga luar negeri. Tapi kesuksesan ini bukannya tanpa hambatan, beberapa tahun silam saat krisis moneter melanda, usahanya hampir saja gulung tikar akibat modal yang kian menipis. Untunglah ia mampu mengatasinya, sehingga bisa tetap eksis hingga saat ini.

"Waktu itu aku deg-degkan banget. Tapi ternyata orang justru banyak mengambil boneka ku untuk dijual kembali sebagai penghasilan tambahan mereka," ujarnya.

Sekarang boneka hasil kreasinya juga telah tersedia di beberapa departement store, tiap bulannya mereka memesan sekitar 1500 hingga 2000 boneka. Terutama saat Valentine dan Natal, penghasilan Ajeng bisa dua kali lipat dibanding hari biasa. "Maklum, pelanggan Alang-alang kebanyakan ABG," katanya. Tapi ketika ditanya berapa omsetnya, ia mengelak. "Wah, kalau itu rahasia perusahaan. Tapi lumayan lah,” jawabnya diplomatis.

Untuk memudahkan pelanggan, sekarang ia sudah membuka cabang di kawasan Kebayoran. Boneka yang dijual pun tak hanya bikinan sendiri, tapi juga boneka-boneka impor merek ternama asal cina seperti Nici, Tazmania, Disney dan Happy House.

Saat ini Alang-alang banyak mendapat order untuk perusahaan yang membutuhkan gimmick, misalnya bank yang memberikan gift boneka untuk nasabah saat membuka tabungan, investasi reksadana, dan lainnya. Selain itu ia tengah merambah ke bisnia baby gift parcel berdasarkan permintaan dari perusahaan, misalnya hadiah yang berguna bagi karyawan yang habis melahirkan. Sukses di toko boneka bukan berarti Ajeng tak punya impian lain, sebagai seorang psikolog, wanita berambut panjang ini masih ingin mendirikan sebuah playgroup.