Berkhotbah Itu Tidak Sukar

Seorang Imam, seorang pendeta Pantekosta dan seorang Rabi bersama melakukan pekerjaan pelayanan sebagai pendeta mahasiswa di sebuah universitas.

Pada suatu hari ada sesorang yang memberi komentar bahwa berkhotbah terhadap manusia itu sebenarnya tidak terlalu sukar. Sebalikya mengkhotbahi seekor beruang merupakan suatu tantangan yang hebat.

Akhirnya mereka bersepakat untuk mengadakan suatu eksperimen. Mereka akan pergi ke dalam hutan untuk menemukan seekor beruang liar, mengkhotbahinya dan berusaha untuk menjadikan dia seekor beruang yang bertobat.

Seminggu kemudian mereka berkumpul lagi untuk memperbincangkan pengalaman mereka

Romo Flannery, yang lengannya berada di dalam kain gendongan dan berjalan dengan sebuah tongkat ketiak serta mempunyai bagian-bagian dari tubuhnya yang penuh verban, mendapat giliran pertama:

“Nah,” katanya, “aku pergi ke hutan untuk mencari seekor beruang. Setelah aku menemukannya, aku mulai membaca dari buku Katekismus. Nah, ternyata beruang itu sama sekali tidak senang dan mulai menampar aku. Jadi aku secepatnya mengambil air suciku dan memercikinya dan, Ibu Tuhan yang suci, beruang itu menjadi lemah-lembut seperti seekor domba. Minggu depan uskup akan datang untuk memberikan komuninya yang pertama.”

Pendeta Billy Bob mulai dengan kesaksiannya. Ia berada di dalam sebuah kursi roda dengan lengan dan kedua kaki di dalam cetakan gips sedang ia diberi infus untuk membantu pernapasannya.

Dengan caranya yang lantang, ia bercerita, “Nah, saudara-saudaraku seiman, aku pergi ke hutan dan menemukan beruangku. Kemudian aku mulai membaca dari Alkitab! Namun, agaknya beruang itu tidak begitu senang terhadap aku. Dengan demikian aku memegangnya dan kamipun mulai bergulat. Kami bergulat sambil menggelundung turun bukit sampai kami tiba di sebuah anak sungai. Akupun secepatnya menenggelamkan kepalanya dan membaptis jiwanya yang berbulu itu. Dan seperti Anda mengatakan tadi, ia menjadi lemah-lembut seperti seekor domba. Nah, kami kemudian menghabiskan harinya dengan bersama memuji dan memuliakan Yesus.”

Kemudian mereka berdua mengunjungi Rabi yang berada di ICU sebuah rumah sakit. Seluruh badannya berada di cetakan gips dan ia sedang memakai berbagai infus di tubuhnya. Keadaannya cukup parah dan mengkhawatirkan.

Dengan susah payah ia mengenali teman-temannya dan berkata dengan suara yang lemah, “Setelah aku tinjau kembali, agaknya sunatan bukanlah cara yang terbaik untuk membuat seekor beruang bertobat.”

Artikel yang Berhubungan